Waru Landak (Hibiscus mutabilis L.)

Waru Landak (Hibiscus mutabilis L.)
Waru Landak (Hibiscus mutabilis L.)

Nama Daerah:
Bunga waktu besar (Melayu), saya ngali-ngali (Ternate)

Bagian yang digunakan:
Bunga dan Daun

Khasiat:
Antibiotik, Anti Radang, membersihkan Darah, dan menghentikan pendarahan serta menghilangkan bengkak, Bisul, Radang Kulit Bernanah, dan Luka Terpukul. Waru Landak (Hibiscus mutabilis L.) dapat digunakan pula untuk pengobatan Infeksi Paru-Paru, Batuk Darah akibat batuk lama, Muntah Darah, Darah Haid Berlebihan, Serta Kanker Paru-Paru, Kanker Payudara, Kanker Lambung, Kanker Kulit, dan Kanker Esofagus.

Tambahan Wikipedia:
Waru atau baru (Hibiscus tiliaceus, suku kapas-kapasan atau Malvaceae), juga dikenal sebagai waru laut, dan dadap laut (Pontianak) telah lama dikenal sebagai pohon peneduh tepi jalan atau tepi sungai dan pematang serta pantai. Walaupun tajuknya tidak terlalu rimbun, waru disukai karena akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. Waru dapat diperbanyak dengan distek. Namun, aslinya tumbuhan ini diperbanyak dengan biji. Memakai stek untuk perkembanganbiakan waru agak sulit, karena tunas akan mudah sekali terpotong.

Di Indonesia tumbuhan ini memiliki banyak nama seperti: baru (Gayo, Belitung, Md., Mak., Sumba, Hal.); baru dowongi (Ternate, Tidore); waru (Sd., Jw., Bal., Bug., Flores); haru, halu, faru, fanu (aneka bahasa di Maluku); dan lain-lain.

Hibiscus mutabilis L. disebut juga waru landak. Berukuran daun lebih kecil (dari jenis waru lainnya), 5-8 cm. Bunganya keluar dari ketiak daun dan berkumpul di ujung tangkai. Pada pagi hari, bunganya putih dan berbentuk dadu, dan di sore hari layu menjadi merah. Lendir daun digunakan untuk melunakkan bisul yang keras.
Kayu terasnya agak ringan, cukup padat, berstruktur cukup halus, dan tak begitu keras; kelabu kebiruan, semu ungu atau coklat keunguan, atau kehijau-hijauan.
Pohon Waru Landak (Hibiscus mutabilis L.)

Kegunaan:
Kayu terasnya agak ringan, cukup padat, berstruktur cukup halus, dan tak begitu keras; kelabu kebiruan, semu ungu atau coklat keunguan, atau kehijau-hijauan. Liat dan awet bertahan dalam tanah, kayu waru ini biasa digunakan sebagai bahan bangunan atau perahu, roda pedati, gagang perkakas, ukiran, serta kayu bakar. Dari kulit batangnya, setelah direndam dan dipukul-pukul, dapat diperoleh serat yang disebut lulup waru. Serat ini sangat baik untuk dijadikan tali. Serat ini juga merupakan bahan yang penting, dan berasal dari pepagan waru dan dipakai untuk membuat tali. Tali ini, selanjutnya dipergunakan sebagai bahan dasar membuat jaring dan tas-tas kasar.

Simplisia yang digunakan dari tumbuhan waru untuk pengobatan adalah daun dan bunganya. Daunnya mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol, sedangkan akarnya mengandung saponin, flavonoida, dan tanin.

Daunnya dapat dijadikan pakan ternak, atau yang muda, dapat pula dijadikan sayuran. Bisa juga, untuk menggantikan daun jati dalam proses peragian kecap.Daun yang diremas dan dilayukan digunakan untuk mempercepat pematangan bisul. Daun muda yang diremas digunakan sebagai bahan penyubur rambut. Daun muda yang direbus dengan gula batu dimanfaatkan untuk melarutkan (mengencerkan) dahak pada sakit batuk yang agak berat. Kuncup daunnya digunakan untuk mengobati berak darah dan berlendir pada anak-anak. Akar tanaman waru bisa dipakai untuk obat demam.

Lebih lengkap dapat dilihat di: http://id.wikipedia.org/wiki/Waru

No comments:

Post a Comment