Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Nama Daerah:
Koneng gede (Sunda), temo labak (Madura), temu lawak (Jawa)

Bagian yang digunakan:
Rimpang, kupas kulitnya

Khasiat:
Antiradang, antibakteri, hepatoprotektor (melindungi hati), melancarkan sekresi empedu, melancarkan asi, peluruh haid, diuretik, dan tonikum. Temu lawak juga berkhasiat untuk mengobati radang lambung, gangguan pencernaan, tidak nafsu makan, hepatitis, sakit kuning, kolesterol tinggi, rematik sendi, sakit pinggang, gangguan haid, sembelit, eksim, dan jerawat.

Tambahan:

Teknik Budidaya Temulawak 
(Standar Prosedur Operasional)
oleh: Mono Rahardjo dan Otih Rostiana
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Departemen Pertanian

PENDAHULUAN
Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang sekresi empedu dan pankreas. Sebagai obat fitofarmaka, temulawak bermanfaat untuk mengobati penyakit saluran pencernaan, kelainan hati, kandung empedu, pankreas, usus halus, tekanan darah tinggi, kontraksi usus, TBC, sariawan, dan dapat dipergunakan sebagai tonikum. Secara tradisional, banyak digunakan untuk mengobati diare, disentri, wasir, bengkak karena infeksi, eksim, cacar, jerawat, sakit kuning, sembelit, kurang nafsu makan, kejang-kejang, radang lambung, kencing darah, ayan, dan kurang darah.
Bunga Tanaman Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Bunga Tanaman Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Kebutuhan simplisia temulawak sebagai bahan baku obat tradisional di Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun 2003 menduduki peringkat pertama dilihat dari jumlah serapan industri obat tradisional.
Banyaknya ragam manfaat temulawak baik untuk obat tradisional maupun fitofarmaka karena rimpangnya mengandung protein, pati, zat warna kuning kurkuminoid dan minyak atsiri. Kandungan kimia minyak atsirinya antara lain, feladren, kamfer, turmerol, tolilmetilkarbinol, ar-kurkumen, zingiberen, kuzerenon, germakron, ß-tumeron, dan xanthorizol yang mempunyai limpahan tertinggi (40%).

PERSYARATAN TUMBUH
Tanaman temulawak tumbuh baik pada jenis tanah latosol, andosol, podsolik dan regosol, dimana tidak pernah terjangkit penyakit layu bakteri, ketinggian tempat 100 - 1.500 m dpl, dengan curah hujan 1.500 - 4.000 mm/th.

BAHAN TANAMAN
Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh liar di bawah tegakan jati. Saat ini sudah mulai dibudidayakan secara terbatas dan diantara populasi tersebut potensi produksi dan mutunya beragam. Balittro telah mempunai 10 nomor harapan temulawak yangberpotensi produksi (20 - 40 ton/ha), kadar minyak atsiri (6,2 - 10,6%), kadar kurkumin (2,0 -3,3%).
Bahan tanaman untuk bibit harus tepat dan jelas nama jenis, varietas dan asal usulnya. Temulawak termasuk tanaman berbatang basah, tingginya dapat mencapai 2,5 m, bunganya berwarna putih kemerah-merahan atau kuning bertangkai panjangnya 1,5 - 3 cm, berkelompok 3 sampai 4 buah. Tanaman ini tumbuh subur pada tanah yang gembur, dan termasuk jenis temu-temuan yang sering berbunga. Bunganya langsung keluar dari rimpang dengan bunga berwarna merah, kelopak hijau muda, pangkal bunga bagian atas berwarna ungu. Bagian yang dipanen dan dipergunakan adalah rimpang yang beraroma tajam dengan daging rimpang berwarna jingga. Panen dapat dilakukan pada umur 7 -12 bulan setelah tanam atau daun telah menguning dan gugur.
Sebagai bahan tanaman untuk bibit digunakan rimpang dari tanaman yang sehat berumur 12 bulan.

PEMBIBITAN
Untuk bibit bisa menggunakan rimpang induk dan anak rimpang. Apabila digunakan rimpang induk maka hanya seperempat bagian (satu rimpang induk dibelah menjadi empat bagian membujur) untuk satu lubang tanam. Sedangkan rimpang anak ukuran bibitnya 20 - 40 g/potong. Sebelum ditanam benih ditumbuhkan dahulu sampai mata tunasnya tumbuh dengan tinggi 0,5 - 1 cm, sehingga diperoleh tanaman yang seragam.

BUDIDAYA
Penerapan teknologi budidaya yang mengacu kepada SPO yang dimulai dari pemilihan jenis, varietas unggul/harapan, lingkungan tumbuh, pembibitan, pengolahan lahan, cara tanam, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit, cara panen, dan pengolahan pasca panen akan menghasilkan bahan baku yang bermutu tinggi dan terstandar. Sebaiknya tanam dilakukan pada awal musim hujan.
a. Persiapan Lahan
Tanah diolah agar menjadi gembur, diupayakan agar drainase sebaik mungkin, sehingga tidak terjadi penggenangan lahan, oleh karena itu perlu dibuat parit-parit pemisah petak. Ukuran petak lebar 2,5 - 4 m dengan panjang petak disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
b. Jarak Tanam
Jarak tanam temulawak bervariasi antara, 50 x 50 cm, 50 x 60 cm atau 60 x 60 cm, pada sistem budidaya monokultur. Apabila tanaman akan ditanam secara pola tumpang sari dengan tanaman sisipan kacang tanah, maka jarak tanamnya 75 x 50 cm.
c. Pola Tanam
Tanaman ini bisa ditanam dengan pola tumpangsari dengan kacang tanah, menggunakan jarak tanam antar baris lebih lebar yaitu 75 cm dan jarak dalam barisan 50 cm. Tanaman kacang tanah ditanam bersamaan dengan menanam temulawak, pada umur 3 - 4 BST (Bulan Setelah Tanam) kacang tanah sudah dapat dipanen. Tumpang sari dengan kacang tanah dapat menambah kesuburan tanah khususnya dapat menambah unsur N tanah.
d. Pemupukan
Pupuk kandang 10 - 20 ton/ha sebagai pupuk dasar diberikan pada saat tanam. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl, dengan dosis masingmasing 200 kg, 100 kg dan 100 kg/ha untuk pola monokultur, serta 200 kg/ha untuk pola tumpangsari. SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam, Urea diberikan 3 agihan pada umur 1, 2 dan 3 BST tanaman tumbuh masing-masing sepertiga bagian.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan dan pembumbunan, untuk menghindari adanya kompetisi perolehan zat hara dengan gulma dan menjaga kelembapan, suhu serta kegemburan tanah. Pembumbunan dilakukan untuk memperbaruhi saluran drainase pemisah petak, tanah dinaikkan ke petak-petak tanam, biasanya dilakukan setelah selesai penyiangan.
f. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
Jarang terjadi serangan hama dan penyakit. Namun untuk menghindari munculnya serangan perlu diantisipasi dengan cara pencegahan. Tindakan untuk mencegah masuknya bibit penyakit busuk rimpang yang disebabkan Ralstonia solanacearum, dilakukan dengan penggunaan benih sehat, perlakuan benih sehat (perendaman dengan antibiotik), menghindari pelukaan (menaburkan abu sekam dipermukaan rimpang), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, pembuatan saluran irigasi supaya tidak ada air menggenang dan aliran air tidak melalui petak sehat, inspeksi kebun secara rutin.

PANEN
a. Umur Panen
Panen yang tepat berdasarkan umur tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, yaitu pada umur 10 - 12 BST, biasanya daun mulai luruh atau mengering. Dapat pula dipanen pada umur 20 - 24 bulan.
b. Cara Panen
Panen dilakukan dengan cara menggali dan mengangkat rimpang secara keseluruhan.

PASCA PANEN
a. Pembersihan/Pencucian
Rimpang hasil panen dicuci dari tanah dan kotoran, kemudian dikeringkan kulit rimpangnya.
b. Perajangan Rimpang
Setelah itu, rimpang diiris membujur dengan ketebalan 2-3 mm.
c. Pengeringan Simplisa
Rajangan rimpang dijemur dengan menggunakan energi matahari diberi alas yang bersih, atau bisa dengan pengering oven dengan suhu 40 - 60oC, hingga mencapai kadar air 9 -10%.

PENGANEKARAGAMAN PRODUK
Rimpang temulawak sebagian besar digunakan untuk bahan baku obat, produknya berupa minyak temulawak, oleoresin, pati, instant, zat warna kuning, beberapa jenis makanan, minuman, dan minyak atsiri.

No comments:

Post a Comment